Sunday 27 April 2014

Just Crazy Little Things Call Busy

Hai kawan pembaca, udah lama banget gak cerita kehidupan gue lagi. Maklum, kuliah sebagai mahasiwa arsitektur gak kayak yang gue bayangin dulu, SIBUK CUK -__- Sekalinya update blog buat tugas softskill. Mumpung masih sempet napas dikit buat nulis, Mungkin bisa nulis post basa-basi hehe.

Hemm semester 1 kemaren padahal masih bisa nyantai, matkul studio cuma 2. nah sekarang, baru semester 2 nambah 1 jadi 3. Dan matkul tentang Arsi juga makin banyak. Dan tugasnya gak kalah kampret dari tugas studio *flip table*

Mungkin libur semester 2 gue bakal mencoba menuliskan kisah kisah yang hilang #eeaa Kalau sekarang gue belajar dulu deh biar makin cakep *eh

Sekian..gue mau ngerjain tugas yang makin melaknat. salam ganteng... 

Menanggapi Lokalisasi di Indonesia

Mungkin bagi anda yang kiranya awam pasti masih bertanya-tanya apa itu lokalisasi. Dari wikipedia, ada 2 arti yang mengarah pada lokalisasi yaitu menempatkan pada suatu lokasi dan yang satu lagi berhubungan dengan pekerja seks komersi (PSK).  Memang rasanya tabu untuk membicarakan tentang masalah ini, karena Indonesia yang dikenal mayoritas dengan warga beragama islam, mirisnya memiliki salah satu tempat lokalisasi ternama yaitu "Gang Dolly." Sebelum itu mari kita liat cuplikan berita yang dikutip dari Sindonews:


Sindonews.com - Di Semarang ada Sunan Kuning. Di Jakarta ada Kramat Tunggak. Di Yogyakarta ada Sarkem. Hampir di setiap kota ada kompleks lokalisasi. Tapi mungkin tak ada yang seterkenal dan sefenomenal Dolly di Surabaya. 


Kawasan Dolly Surabaya, sudah banyak dikenal masyarakat sebagai sebuah tempat yang bernuansa negatif. Hal ini lantaran di kawasan tersebut ditetapkan sebagai tempat dikumpulkannya para Penjaja Seks Komersial (PSK). Sehingga, jika para pencari pemuas nafsu hanya bisa melakukan aktivitasnya disatu tempat dan tak menimbulkan keresahan di wilayah lain. Tak pelak jika Dolly lebih terkenal ketimbang Surabaya. 

Dolly sendiri kini dinyatakan sebagai kawasan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Keberadaannya bahkan mengalahkan lokalisasi Patpong yang berada di Bangkok, Thailand, maupun Geylang, di Singapura. 

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Sindonews, Dolly berdiri sejak jaman penjajahan Belanda. Awalnya lokaliasasi Dolly merupakan kawasan pemakaman. Namun, oleh seorang keturunan Belanda yang menetap di Surabaya, Dolly Van Der Mart, pemakaman itu disulapnya menjadi areal hiburan malam. Karena yang mendirikan lokalisasi itu bernama Dolly, tak pelak jika kawasan tersebut dikenal dengan sebutan Gang Dolly.

Keberadaan Dolly awalnya diperuntukkan untuk memuaskan nafsu para tentara Belanda. Namun seiring berjalannya waktu, kini lokalisasi Dolly menjadi 'konsumsi' warga pribumi mulai dari kelas bawah, hingga kelas atas. 

Lokasi Dolly berada di kawasan padat penduduk, di pusat Kota Surabaya. Di sana, tak hanya terdengar deru mesin kendaraan yang lewat, namun juga desahan tipis napas para kupu-kupu malam yang terdengar sayup-sayup di balik kamar sempit. Konon kabarnya, ada sekira 5.000 PSK yang berada di lokalisasi tersebut.

Dampak ekonomipun mulai terasa bagi para warga sekitar lokalisasi Doly. Mereka banyak yang menggantungkan rezekinya dari 'gang lendir' itu. Bukan hanya PSK, tetapi juga pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang becak dan lain-lain merasakan hal positif dari lokalisasi tersebut.


Lokalisasi hadir sebagai solusi pemerintah untuk mengurangi dampak negatif perzinahan, bukan menghalalkannya. Dengan dilokalisir, efek negatif perzinahan dapat dikelola dan dikontrol sehingga tidak menyebar ke masyarakat secara luas, termasuk penyebaran virus HIV. Dengan kontrol yang ketat dan penyadaran yang terencana, secara perlahan keberadaan lokalisasi akan tutup dengan sendirinya karena para penghuninya telah sadar dan menemukan jalan lain yang lebih santun.


Tujuan ini akan tercapai manakala program lokalisasi dibarengi dengan konsistensi kebijakan dan usaha secara massif untuk menyelesaikan inti masalahnya. Kemiskinan, ketimpangan sosial, peyelewengan aturan, dan tatatan sosial harus diatasi. Mereka yang melakukan praktik perzinahan di luar lokalisasi juga harus ditindak tegas. Jika saja prasyarat tersebut dilakukan, tentu mafsadahnya lebih ringan dibanding kondisi yang kita lihat sekarang.

Namun seiring berjalannya zaman, lokalisasi makin menjurus ke hal negatif lainnya seperti penjualan wanita-wanita, seks yang tidak aman dsb. Nah bagaimana pendapat saya tentang lokalisasi di Indonesia ini?

Sebenarnya telah dijelaskan diatas bahwa sesungguhnya lokalisasi dilakukan untuk mengurangi dampak negatif perzinahan, namun pengawasan pemerintahnya tidak ketat dan akhirnya yang makin melonggar hingga saat ini. Saran saya, jika benar lokalisasi ini ingin dihilangkan di Indonesia, maka pemerintah harus melakukan proses secara bertahap dan dengan cara baik-baik. 

Lalu seperti kutipan pada berita, banyak masyarakat yang ternyata mendapat dampak positif dari bisnis lokalisasi ini. Dan tentunya mereka akan tidak setuju jika tempat lokalisasi tersebut ditup. Nah, tugas pemerintah memberikan mereka lapangan pekerjaan yang sesuai dan layak sehingga warga tak menggantukangkan hasil penghidupannya ditempat yang tabu ini.

Namun pastinya banyak juga pihak yang menolak penutupan lokalisasi dengan alasan tertentu. Nah kalau ingin dipertahannkan, pemerintah harus memberikan pengawasan yang ketat dan memberi hukuman kepada pelaku yang melanggar apa yang ditetapkan oleh pemerintah.

Andai jadi Caleg

Caleg (calon legislatif) menjadi sebuah ajang fenomena setiap 5 tahun sekali dalam pesta demokrasi. Dari beberapa kalangan seperti orang yang memang bergelut di bidang politik, Pengusaha, Dosen, Buruh, Artis, sampe dengan badut pun ikut meramaikan fenomena caleg ini . Dari kalangan pemuda muda sampai generasi tua. Semua berebut kursi disenayan.

Lalu saya mendapatkan tugas, dan pertanyaannya seperti ini...

"Seandainya anda menjadi caleg, apa yang akan anda lakukan?"

Jujur, gue paling gak suka berhubungan dengan dunia politik. Kalau kata om gue, dunia politik penuh seluk beluk, drama sandiwara, dan maksud terselubung. Namun karena tuntutan tugas dari dosen , gue bakal menjawab pertanyaan ini (maaf pak jangan marah hehe).

Seeperti janji-janji caleg masa kini, saya akan membenahi beberapa masalah yang kini sedang terjadi di Indonesia contohnya seperti bidang pendidikan. lalu saya akan mencoba turun ke lapangan dan mencoba lebih dekat masyarakat agar dapat menemui masalah apa yang mereka sering hadapi sehari-harinya. Sehingga pada saat rapat DPR, saya akan menyampaikan aspirasi dari masyarakat. Karena Anggota legislatif adalah "wakil rakyat" maka harusnya juga merakyat, bukan membuat negara ini makin melarat seperti yang dilakukan oleh si tikus-tikus berdasi itu.

Itulah jawaban saya...Karena saya cukup buta dalam hal politik, mungkin hanya jawaban itu yang dapat saya berikan. Karena saya inginnya jadi Arsitek Aaamiin~

Orang Bilang Tanah Kita......

Ada yang tau Apa Koes Plus? Orang tua kita (dan yang lebih tua hehe) mungkin mengenal mereka. Tapi coba kalian tanyakan pada anak-anaka atau pun pemuda pemudi jaman sekarang. Mungkin hanya sebagian kecil dari mereka yang tahu. Yap, Grup band legendaris Indonesia ini memang dikenal dengan berbagai musik berbau tema nusantara. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah "Kolam Susu"

Nah disini gue bukan mau ngebahass profil Koes Plus melainkan menafsirkan salah satu lagu mereka yang judulnya telah saya sebut di atas, yaitu Kolam Susu. Berikut liriknya:

Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman



Nah dari lirik yang diatas, ada beberapa hal yang bisa gue tafsirkan (berasa tafsirin Al-Quran aje). Di lagu ini digambarkan Lautan Indonesia yang digambarkan sebagai kolam susu. Kalo pake nalar sih, membuat sebuah kolam susu itu membutuhkan biaya yang mahal. Bayangkan saja, Susu saja harganya berapa sekarang? Nah apalagi pada jaman dulu susu seperti minuman yang "wah" pada saaat itu. Melihat Indonesia yang kaya akan hasil lautnya, maka Penulis lagu ini menyiratkan lautan indonesia sebagai kolam susu. 

Lalu di lagu disebutkan "kail dan jala cukup menghidupimu." Kalau ditangkap dari liriknya, mungkin ini langsung tertuju pada para nelayan yang mencari nafkah dengan mencari ikan di lautan. namun Menurut saya, ini bisa mengarah pada kita semua penduduk Indonesia. Karena kita juga bisa menghidupi kehidupan kita dengan mencari hasil laut. Namun karena sekarang orang yang bekerja dilaut identik dengan nelayan, sampai sekarang lirik itu tetap menguat kepada si nelayan.

 Lalu, lirik "orang bilang tanah kita tanah surga", sebenarnya anda sendiri bisa menjawabnya. Cukup melihat sejarah kita dulu. Para penjajah haus rempah-rempah dan hasil bumi kita dirampas dan dijual di negara mereka. Tak bisa dipungkiri, negara kita ini yaitu Indonesia memang kaya akan berbagai hasil buminya. Maka dilagu juga disebutkantongkah kayu dan batu jadi tanaman. Asal kita pintar mengolah apa yang ada di Indonesia ini, kita mungkin saja menjadi negara yang maju. Karena hal kecil di Indonesia ini dapat menjadi sebuat aset berhaga bangsa. 

Sekian penafsiran yang saya berikan. Mungkin setiap orang mempunyai pendapat berbeda-beda, maka dari itu mohon maaf jika yang sayaa tuliskan kurang berkenan dibaca atau ada beberapa hal yang tidak sesuai. namun saya harap, postingan ini dapat menjadi sebuah media pengetahuan yang baik.