Monday 12 June 2017

Konservasi Arsitektur

Pengertian Konservasi
Theodore Roosevelt (1902) merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi yang berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian tentang upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use).

Pada awalnya konsep konservasi terbatas pada pelestarian bendabenda/monumen bersejarah (biasa disebut preservasi). Namun konsep konservasi tersebut berkembang, sasarannya tidak hanya mencakup monumen, bangunan atau benda bersejarah melainkan pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi.
Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara.

Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari aspek proses disain perkotaan (Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi keberadaan lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan juga aktivitasnya.

Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya preservasi namun dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi suatu tempat merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut.

Jenis-Jenis Konservasi
Dalam pelaksanaan konservasi terhadap kawasan/ bangunan cagar budaya, maka ada tindakan-tindakan khusus yang harus dilakukan dalam setiap penanganannya (Burra Charter, 1999), antara lain:
1.Konservasi yaitu semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga mempertahankan nilai kulturalnya
2. Preservasi adalah mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat pelapukan
3. Restorasi / Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti sediakala dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang kembali elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa menambah bagian baru
4. Rekonstruksi yaitu mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana yang diketahui dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru dan dibedakan dari restorasi
5. Adaptasi / Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai
6. Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan.

Tujuan Konservasi
Menurut David Poinsett, Preservation News (July, 1973. p5-7), keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan :
1. Pendidikan
Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan semangat masa lalu.
2. Rekreasi
Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana orang-orang terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan kita sekarang.
3. Inspirasi
Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar jika kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap mempertahakan konsep-konsep tersebut.
4. Ekonomi
Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan keuntungan.

Manfaat konservasi
1. Memperkaya pengalaman visual
2. Memberi suasana permanen yang menyegarkan
3. Memberi kemanan psikologis
4. Mewariskan arsitektur
5. Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional

Skala/ Lingkup Konservasi
1. Lingkungan Alami (Natural Area)
2. Kota dan Desa (Town and Village)
3. Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
4. Kawasan (Districts)
5.Wajah Jalan (Street-scapes)
6. Bangunan (Buildings)
7. Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

Kriteria Konservasi
1. Estetika
2. Kejamakan
3. Kelangkaan
4. Keistimewaan
5. Peranan Sejarah
6. Penguat Kawasan di Sekitarnya

Peran Arsitek dalam Konservasi
Internal:
1. Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi.
2. Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
3. Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.

Eksternal:
1. Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
2. Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
3. Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi arsitekturalnya.
4. Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.


STUDI KASUS

STASIUN JAKARTA KOTA (BEOS)
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (Beos) adalah stasiun kereta api berusia tua yang berada dalam kawasan di Kota Tua Jakarta. Stasiun tua yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993.


Mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos, dan menurut artikel dalam wikipedia ada beberapa versi dalam mengartikan nama Beos, yakni sebagai berikut :

Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.



Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia. Stasiun Kota (1929).

Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.


Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft dan mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA). Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels, yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.

Kriteria pemilihan bangunan konservasi berdasarkan kriteria Benda Cagar Budaya UU No. 11 Tahun 2012, yakni :
1. Berusia 50 tahun / lebih.
2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun
3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahun, pendidikan, agama dan atau kebudayaan
4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Stasiun tua yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. dan sudah berumur 142 tahun.

Stasiun Beos yang kini lebih dikenal dengan Stasiun Jakarta Kota kini menjadi salah satu stasiun pusat dimana kereta-kereta menyebar ke tujuan berikutnya, seperti Stasiun Tanah Abang dan Manggarai. Pada interior bangunan, beberapa ruang di stasiun dialih fungsikan menjadi beberapa retail makanan. Dan pada hall di manfaatkan sebagain vending machine untuk membeli tiket commuter line. Dari eksterior bangunan, fasad masih mempertahankan bentuk lamanya dengan beberapa perawatan.

Sumber :
https://finifio.wordpress.com/2016/06/04/apa-itu-konservasi-arsitektur/
http://nisawulandari.blogspot.co.id/2016/03/konservasi-arsitektur-di-jakarta.html



Wednesday 1 February 2017

Menghijaukan Bangunan di Ibukota Jakarta

Menghijaukan Bangunan di Ibukota Jakarta
Oleh Hanandityo Wahyusaputro
Vertical garden atau taman vertikal adalah beberapa jenis tanaman yang ditanam dengan mengunakan media tertentu, misalnya dengan metode hidropik menggunakan geotextile, dan ditata di dinding dengan menggunakan modul (untuk penempatan tanaman) dan mendapatkan pengaturan secara otomatis untuk pemeliharaan secara khusus. Funginya adalah untuk memaksimalkan pasokan dalam udara dalam rumah dan juga memperindahnya. Selain itu, keunggulan vertical garden yaitu dapat menggunakan media fasad bangunan sebagai tempat tanamnya, dengan di pasang secara vertikal. Sehingga konsep vertical garden sangat cocok untuk sebuah kawasan perkotaaan yang dipenuhi bangunan tingkat.
Beberapa gedung di Jakarta telah menerapkan konsep vertical garden pada bangunannya.  Contohnya yaitu Gedung Sandjaja yang berada  kawasan Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Tepat berseberangan dengan halte Transjakarta Harmoni terdapat sebuah kantor lima lantai yang dua sisi mukanya ditutupi dengan vertical garden. Selain fungsi estetika, penerapan vertical garden ini memberi kontribusi besar dan turut memberikan andil terhadap solusi ramah lingkungan.

Gambar 1. Gedung Sandjaja
(Sumber : indogreenwall.com)
Upaya pemerintah daerah DKI Jakarta untuk mengembalikan ruang terbuka hijau ke nilai 30% sangatlah beralasan. Berkurangnya luas ruang terbuka hijau yang nilainya kini hanya tinggal 9% tersebut dipicu karena semakin luasnya area yang tergantikan oleh pembangunan gedung-gedung komersil. Belum lagi semakin tingginya tingkat polusi udara karena tingginya volume kendaraan bermotor semakin menurunkan kualitas udara bagi masyarakat sekitar.Dengan tingginya nilai tanah di kawasan ini menyebabkan pemilik memaksimalkan peruntukan tanah kaveling untuk bangunan. Oleh karena itu tidak jarang dijumpai bangunan vertikal tanpa hijauan sama sekali di sekitarnya.
Namun berbeda dengan bangunan lainnya, Gedung Sandjaja yang digunakan sebagai showroom dan kantor ini menerapkan solusi jitu dengan cara melindungi muka bangunan dengan taman. Sandjaja, pemilik bangunan menuturkan bahwa upaya mikro yang dilakukan itu semata-mata untuk menginspirasi berbagai pihak agar mulai berpikir dan melakukan tindakan positif untuk menambah ruang terbuka hijau di sekitarnya sehingga menambah produksi oksigen. Apabila semua pihak mulai sepakat untuk menerapkan kepedulian ini maka Jakarta dapat menjadi the green city.
Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 339 m2. Pada kedua bidang yang menghadap ke arah jalan raya dan ke arah area parkir ditutupi dengan  vertical garden. Struktur  vertical garden dipasang pada area balkon dan dinding-dinding yang menghadap ke sisi luar, sehingga efektivitas area yang tertutup  vertical garden menjadi 308 m2. Apabila ditambah dengan area horizontal yang mengelilingi showroom yang luasnya mencapai 60 m2 maka area hijau yang terbentuk menjadi 368 m2 atau lebih luas dari area tanah yang digunakan untuk struktural bangunan.
Gambar 2. Bagian Balkon pada Bangunan
(Sumber : indogreenwall.com)
Konsep yang diterapkan pada perancangan vertical garden pada gedung ini yaitu memindahkan tanaman indah dan natural yang hidup di dalam hutan ke dalam kota. Uniknya, konsep komposisi yang diterapkan pada keempat balkon dan bidang masif diantaranya, memiliki tema dan keunikan seni tersendiri, sehingga menampilkan irama dinamis yang tidak membosankan. Pola susunan organik beragam jenis tanaman membentuk pola gelombang karena tanaman tidak tumbuh secara datar tetapi bervariasi ketebalannya sehingga terlihat unik, berdimensi dan natural. Tanaman yang tekstur daunnya halus, dipadukan dengan tanaman yang tekstur daunnya sedang atau dengan tanaman yang berdaun lebar seperti Philodendron dan Monstera.
Begitu pula komposisi warna menjadi terlihat semakin sempurna melalui padu padan beragam jenis warna daun dari yang berwarna hijau pekat, hijau, hijau kekuningan sampai yang terlihat kontras seperti tanaman yang berdaun warna maroon dan variegata. Diantara komposisi tanaman hias daun terdapat bunga yang berwarna ungu, putih, merah, merah muda dan oranye dari beberapa jenis tanaman seperti Ixora, Impatiens, anggrek, Melastoma dan Begonia yang semakin menambah semarak tampilannya. Keberadaan vertical garden tersebut menjadi pelindung terhadap fasad bangunan yang menghadap ke arah Barat. Proteksi yang diterapkan cukup berlapis yang terdiri dari lapisan barrier material, tekstil sintetik dan tanaman tersebut tentu saja mampu mereduksi panas matahari terutama di sore hari.
Gambar 3. Pola Tanaman pada Vertical Garden
(Sumber : indogreenwall.com)

 Apabila dahulu sebelum diberi  vertical garden, untuk mendinginkan ruangan di dalam setiap lantai diperlukan alat pendingin udara (AC) yang berjumlah tiga dan menyala sekaligus, sekarang cukup satu saja dan ini sudah terasa nyaman untuk beraktivitas. Selain mereduksi panas matahari dan mengurangi suhu di dalam ruangan, keberadaan vertical garden juga meredam suara bising dari luar serta memberi efek psikologis yang positif yaitu memberi sajian visual yang sejuk dan dingin serta dapat menekan emosi bagi siapa saja yang melihatnya. Seandainya semua bidang dinding gedung pencakar langit di Jakarta dihijaukan dengan memasang vertical garden maka Jakarta tidak kalah hijaunya dengan Singapura yang sudah mencanangkan kotanya tidak saja sebagai the garden city tetapi lebih ekspansif lagi menjadi the city in the garden with thousands of world-class vertical gardens.


Kritik Arsitektur 
Hanandityo W
4TB01
23313868

Monday 23 January 2017

Curcoltum Seorang Mahasiswa Tingkat Akhir

Halo, akhirnya sempet sempetnya juga nulis sebentar di blog ini. Udah hampir berbulan-bulan  sejak gue janji bakal nulis perjalanan gue pas KLA di Korea. Tapi selalu kelupaan dan kadang males haha. Sejak saat itu, waktu berlalu, semester neraka 6 is over, Kp is Over, Semester 7 hampir selesai, Tapi masih ada PA, SPA dan minggu ini gue baru mulai UAS, dan seperti biasa deadline tugas mata kuliah mulai berdatangan.

Yang paling horror untuk mahasiswa tingkat akhir yaitu......
SKRIPSI..YA.....SKRIPSI!!!

Target kampus angkatan gue bisa lulus dalam 3,5 tahun (aaamiiin ya rab), itupun kalo pada bener mahasiswanya haha. Dan sekarang gue mulai sibuk ngurusin Skripsi / TA (Tugas Akhir) yang selalu di uber waktu. Bayangkan bila engkau datang..., gue mesti melalui sidang selama 4 kali sebelum menuju sidang besarnya. Ya setidaknya sidangnya gak selama  dan serumit jess....ah sudahlah. Tapi perjalanan menuju kelulusan ini benar-benar harus gue lalui dengan serius.

Sedikit keresahan yang gue rasa sekarang, banaak temen gue yang udah mulai berlulusan, bahkan udah ada yang kerja. Dan hal yang bikin gue berasa tua  adalah udah ada temen gue yang udah nikah aja (tapi gak diundang -_-). No problem lah, namanya juga hidup *lha.

Mungkin itu curhat sesaat yang bisa gue ungkapkan. maaf jika membuang menit-menit berharga kalian yang tidak sengaja mebaca ini. Tapi bagi semuanya tetap semangat, jangan lupa bahagia, dan doain gue cepet lulus dan mendapatkan pekerjaan ya setelah lulus haha. dan setelah lulus nanti (aaamiin), gue bakal rekap cerita apa saja yang terjadi hahaha (biarpun kayaknya gak ada yang peduli.


Salam,



Seseorang yang tidak penting