Hai Silent reader maupun orang-orang
yang tersesat diblog gue. Cie yang nyari tugas buat soft skill juga *Gunadarma’s
student will understand hehe.* Apa kabar semua? Jawabnya harus super ya!!
*kebawa logat abang-abang golden way*Sebelum kalian meninggalkan web yang
berdebu, membosankan dan hanya dipake buat softskill ini, gue bakal
menghidupkan aktivitas lama gue yangudah gak lama gue lakukan, Blogging.
Yak gue tau post ini bakal
berpontensi kagak dibaca banyak orang. Palingan gue bakal nyembar link ke
Facebook,
twitter, path, atau
line
berharap orang-orang membacanya *sedih kali yak. Maklum, ini semua gara-gara
temen gue, Dayat, yang memperkenalkan gue akan sosok si kampret
Raditya Dika ini.
Doi sering menyajikan cerita kehidupannya yang absurd, penuh komedi dan romansa
percintaan yang kadang-kadang (bahkan hamper mirip) ngena dngan kisah hidup
gue.
Yang menjadi inspirasi gue
bukanlah gaya penyampaian ceritanya, namun awal ia meniti menulis diblog. Mungkin
masih ada beberapa blogger yang sebelumnya lebih tenar dari doi. Namun, ibarata
anak bayi, ketika mereka diajari mengucapkan kata mama untuk panggilan ibunya,
sampai ia besar pasti ia memanggil ibunya denga sebutan mama. Memang tak 100
persen sih, tapi emang lu pernah nemu anak kecil yang manggil ibunya saat kecil
dengan sebutan umi, lalu pas gede dia manggilnya mommy. Bisa jadi anak itu
salah pergaulan.
Mungkin anak 90an menulis cerita
hidupnya di diary. Diawali dengan kata “Dear
Diary,” tangan kita pun tergerak untuk menulis kisah hidup kita yang kita
alami pada hari kita menulis diary. Sifatnya yang masih privasi membuat kisah
didalamnya terasa spesial dan membuat kita enggan memberitahu kepada orag tahu.
Karena, Diary seakan tempat kedua untuk kita menceritakan sebuah perasaan yang
terpedam. Pertama? Pastilah kepada tuhan kita
Seiring berkembangannya zaman,
anak-anak mulai kurang tertarik menulis diary, terutama untuk para cowok. Kesan diary yang sering melekat pada cewek
membuat para cowok semakin gengsi untuk menulis diary. Dan terkadang, malah ada
orang tua yang menggodai saat tau kita menulis diary. Hal ini membuat kita
bangsa lelaki merasa tak sesuai dengan jalannya.
Dn era internet mulai merambah
kehidupan masyarakat. Blog pun lahir. Media untuk berbagi cerita, informasi,
dan bahkan kepentingan bisnis. Setelah itu, Facebook lahir, menjadi sebuah
media social baru yang tak jarang menjadi media curhat *maklum gue juga tersangka ehe* Dan twitter juga muncul sebagai
media Microblogging. Intinya medial social
yang muncul sekarang tak jarang menjadi tempat kita curhat dan lebih lepas
dalam hal privasi.
Kembali ke inti, Gue mau mencoba
menulis kembali di blog ini, kalo bisa tidak hanya dalam hal tugas. Kebetulan,
tugas pada semester ini bikin gue jenuh dan membuat gue males buat ngerjainnya.
Ditambah lagi KP (Kerja Praktek) yang membuat gue jenuh. Gue butuh sebuah
kegiatan baru, tapi gak ada yang menarik. Mungkin gue hanya perlu menumbuhkan
hobi yang telah lama hilang beberapa waktu belakangan ini.
Dan kebetulan minggu lalu, gue
baru aja menjalani Kuliah Lapangan Arsitektur (KLA) ke Korea Selatan. Terlintas
gue kangen akan masa-masa saat gue ke Singapore sama anak kelasan 12 SMA gue.
Perjalanan yang butuh perjuangan dengan bekerja kayak buruh pabrik pengupas
permen Relaxa. Ampe kelas lengket-lengket dimarahin guru haha. What a memory of
high school…
Mungkin Blogging gue bakal diawali dengan menulis catatan perjalanan gue selama ke Korea. Ok sampai jumpa di post berikutnya...