Saturday, 31 January 2015

Ruang Terbuka Hijau


Menurut Roger Trancik, seorang pakar dibidang Urban Design, ruang terbuka hijau adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Sementara menurut Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell,1983, ruang terbuka hijau adalah Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi.


Pemerintah indonesia juga mengeluarkan definisi tentang ruang terbuka hijau ini dengan istilah ruang terbuka hijau kawasan perkotaan atau RTHKP. Jikalau mengacu pada Peraturan Mendagri No.1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan ini, maka pengertian Ruang Terbuka Hijau  adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

 Ruang terbuka hijau itu sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu RTHKP Publik dan RTHKP Privat. RTHKP Publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Sementara RTHKP Privat adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi.



Berdasarkan jenisnya RTHKP meliputi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota, hutan lindung, bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah, cagar alam, kebun raya, kebun binatang, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan,  jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET), sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa, jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian,  kawasan dan jalur hijau, daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara dan taman atap (roof garden).

Pentingnya ruang terbuka hijau, dapat kita lihat dari fungsi dan manfaat yang dapat diambil darinya. Secara umum Ruang Terbuka Hijau mempunyai atau memiliki fungsi utama (intrinsik) yakni fungsi ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, fungsi sosial dan fungsi ekonomi.


Adapun fungsi dari penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan adalah 
a) Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; 
b) Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; 
c) Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; 
d) Pengendali tata air; dan e) Sarana estetika kota. 

Adapun manfaat penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan adalah 
a) Sarana mencerminkan identitas daerah; 
b) Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; 
c) Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; 
d) Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; 
e) Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; 
f) Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; 
g) Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; 
h) Memperbaiki iklim mikro; dan 
i) Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

Sumber: 
http://www.leadership-park.com/new/green-page/ruang-terbuka-hijau-kawasan-perkotaan.html
http://semuatentangkota.blogspot.com/2009/04/fungsi-dan-manfaat-ruang-terbuka-hijau.html

Konsep Bangunan Hijau (Green Building)

Green Building mungkin ketika kita mengartikan dalam bahasa indonesia yang berupa bangunan hijau. Arti yang sebenarnya green building tersebut yaitu sebuah konsep tentang merencanakan suatu bangunan yang ramah terhadap lingkungan.

Konsep serupa adalah natural building, yang biasanya pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk berfokus pada penggunaan material-material yang digunakan yaitu material-material yang tersedia secara lokal. Konsep ini ada untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-generasi berikutnya mulai dari sekarang.

Konsep green building ini berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek, yaitu:

Life cycle assessment (Uji AMDAL)


Dalam melakukan suatu perencanaan bangunan seharusnya melakukan kajian AMDAL apakah dalam pengadaan bangunan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan sekitar baik itu segi sosial, ekonomi ataupun alam sekitar. Karena jika itu memberikan pengaruh yang cukup besar maka bangunan tersebut sudah menyalahi konsep dasar dari green building.


Efisiensi Desain Struktur
Dasar dalam setiap proyek konstruksi bermula pada tahap konsep dan desain. dalam Tahap konsep, pada  kenyataannya ini merupakan salah satu langkah utama dalam proyek yang memiliki dampak terbesar pada biaya dan kinerja proyek. Tujuan utama adalah merencanakan bangungan yang memiliki konsep green building adalah untuk meminimalkan dampak yang akan disebabkan dalam bangunan tersebut baik itu selama pelaksanaan dan selama penggunaan. Perencanaan bangunan gedung yang tidak efisien dalam struktur juga memberikan efek buruk terhadap lingkungan, yaitu pemakaian bahan bangunan yang sangat banyak sehingga terjadi pemborosan. 


Efisiensi Energi
Green Building sering mencakup langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi energi – baik energi yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti kondisi bangunan yang segi mudahnya angin dan sinar matahari yang mudah masuk kedalam bangunan.. Selain itu selain segi operasional, segi pelaksanaan juga harus diperhatikan. Studi LCI US Database Proyek bangunan yang menunjukkan dibangun dengan kayu akan menghasilkan energi pempuangan yang lebih rendah daripada bangunan gedung yang bahan bangunannya menggunakan dengan batu bata, beton atau baja.

Untuk mengurangi penggunaan energi operasi, penggunaan jendela yang se-efisiensi mungkin dan insulasi pada dinding, plafon atau tempat masuknya aliran udara ke dalam bangunan gedung. Strategi lain, desain bangunan surya pasif, sering dilaksanakan di rumah-rumah rendah energi. Penempatan jendela yang efektif (pencahayaan) dapat memberikan cahaya lebih alami dan mengurangi kebutuhan penerangan listrik di siang hari.

Efisiensi Air

Konsep green building juga memperhatikan mengenai penggunaan air. Sekarang, banyak konsep desain rumah yang mengabaikan tentang penggunaan air. Mostly, rumah-rumah mengandalkan penggunaan air tanah yang berasal dari sumur dangkal ataupun dalam tanpa memberikan maasukan tambahan air kepada tanah yang berakibat turunnya permukaan air tanah dan turunnya permukaan tanah permukaan. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuat penyimpanan atau memberikan asupan air kepada tanah di lingkungan yang ada disekitarnya. Solusinya yaitu dengan membuat tandon air penadah hujan di bawah tanah atau membuat sumur resapan penadah air hujan. Sistem penadah hujan yang mana ketika air turun di atas bangunan gedung yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga direncanakan air akan berkumpul pada satu tempat dan dialirkan menuju sumur resapan untuk menghindari terjadinya penurunan permukaan air tanah.

Efisiensi Material
Berbicara mengenai bangunan maka akan menjurus kepada penggunaan material yang ada. Hal ini ada hubungannya dengan efisiensi dari desain struktur. Selain struktur, segi arsitektural juga diperhatikan seperti penggunaan dinding yang terlalu tebal, penggunaan material yang berat yang memberikan efek pada kekuatan struktur yang lebih dll. Sehingga semakin banyak material yang digunakan maka akan memberikan efek kepada pengeluaran dana, impact terhadap lingkungan, pengeluaran energi dalam konstruksi, dll.

Sumber: http://archiholic99danoes.blogspot.com/2011/11/bangunan-hijau-green-building.html

Pengaruh Iklim Terhadap Bangunan.

Bangunan yang baik bukannlah bangunan yang memiliki rupa yang indah ataupun bentuk yang unik. Namun bangunan yang tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan dan iklim adalah bangunan yang baik. Karena percuma bila suatu bangunan yang memiliki bentuk yang indah namun ketahanannya buruk atau umur bangunan tersebut sangat pendek.

Dalam merencanakan suatu bangunan atau tempat hunian yang baik, seyogyanya didasarkan atas pengaruh iklim pada daerah tersebut. Karena pengaruh-pengaruh tersebut akan memberikan kesan tidak nyaman pada penghuni. Pengaruh-pengaruh lingkungan yang ada antara lain:

1.Sinar Matahari.


   Matahari merupakan sumber energi setiap makhluk hidup di bumi. Matahari juga merupakan sumber panas alami yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Baik untuk berfotosintesis, tumbuh, maupun berkembang biak. Manfaat matahari bagi makhluk hidup khususnya manusia seperti memberikan sinar terang, kehangatan, kesehatan, dan energi. Namun dibalik semua manfaatnya, matahari juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan pengaruhnya( terutama dampak negatif) terhadap bangunan. Sinar matahari yang identik dengan panas dengan ditambah lagi ketika hari sudah memasuki siang panas dar matahari cukup besar. Untuk mengatasi pengaruh panas matahari terhadap bangunan ada beberapa hal yang dapat dilakukan di antara lain :

a.Dibuatkan ventilasi.



   Ventilasi memegang peran penting dalam pengurangan panas di dalam suatu ruang. Ventilasi ini bertujuan untuk memudahkan atau sebagai jalur keluar masuk dari angin. Ventilasi dibuat sebagai alat atau media pertukaran udara untuk menyeimabangkan atau mengatur suhu di dalam ruang agar sama dengan suhu di luar lingkungan. Sehingga panas dalam ruang menjadi berkurang. Ventilasi yang banyak juga dapat memberikan kesan segar pada ruang sehingga mengurangi bau yang tak sedap pada ruang. Untuk di setiap ruang diharapkan memiliki ventilasi yang cukup.


b.Dibuatkan plafond.


Plafond, menurut pendapat orang-orang merupakan pembatas atau batas penglihatan antara atap dengan ruang di bawahnya. Disamping itu plafond dijadikan sebagai media atau alat penahan panas yang berasal dari atap sehingga panas tersebut  tidak masuk ke dalam ruang. Misalnya sebuah gedung yang tanpa plafond, bagian dalamnya terasa panas dan sumpek. Hal ini dikarenakan panas dari atap langsung menuju seluruh ruang gedung tanpa ada penahan atau pembatas. Setelah dipasangkan plafond pada gedung tersebut. Udara di dalamnya terasa segar dan hawa atau suhu panas dapat dibendung oleh plafond. Ini merupakan alas an mengapa pentingnya plafond sebagai cara mengurangi panas.

c.Shading.

 JNE Office Bangka Belitung yang menerapkan Shading pada bangunannya




Shading merupakan alternatif lain untuk mengurangi pemanasan dari sinar matahari terutama terhadap dinding suatu bangunan. Shading dapat dilakukan dengan berbagai cara di antara lain dengan dilakukan pengecatan pada dinding yang sering mendapatkan sinar matahari secara langsung. Cat dapat mengurangi radiasi panas matahari terhadap tembok. Atau juga dapat dipasangkan bahan-bahan atau material-material yang dapat
mengurangi radiasi panas terhadap tembok.



d. Orientasi bangunan.

 Orientasi bangunan juga memegang andil dalam mengurangi intensitas cahaya dari sinar matahari. Dalam pengerjaan atau pembangunan suatu bangunan, orientasi bangunan sangatlah penting. Orientasi bangunan bukan hanya dapat mengurangi intensitas cahaya matahari terhadap bangunan namun juga mengurangi pengaruh angin (penjelasan di perihal Angin). Orientasi bangunan Barat-Timur lebih baik dan efisien dalam mengurangi intensitas cahaya dibandingkan dengan orientasi bangunan Utara-Selatan.

Orientasi bangunan Utara-Selatan akan mendapatkan intensitas cahaya matahari yang lebih besar dibandingkan dengan orientasi bangunan Barat-Timur. Dengan besarnya intensitas cahaya matahari terhdapa bangunan akan berpengaruh terhadap suasana di dalam bangunan. Suasana di dalam bangunan dengan intensitas cahaya matahari yang lebih besar akan terasa lebih panas dan gerah dibandingkan dengan orientasi bangunan yang intensitas cahaya mataharinya lebih kecil.

2.Hujan.

   Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup selain matahari. Air dapat berasal dari mata air, sungai, danau, laut, hujan dan lain-lain. Pada perihal air ini akan dijelaskan pengaruh buruknya terhadap daya tahan dan kekuatan bangunan. Hujan merupakan hal yang sangat wajar terjadi di dunia belahan iklim tropis. Hujan itu sendiri memiliki material utama air yang mengandung zat asam. Air yang mengandung asam itu sendiri dapat mengurangi kekuatan bangunan khususnya pada bagian komponen-komponen dan material-material bangunan. Walaupun dampaknya tidak langsung terlihat dengan cepat, namun setelah sekian lama pengaruh terhadap bangunan dapat terlihat begitu jelas. Air yang mengandung asam dapat merusak komponen seperti beton, kayu, baja, dan komponen-komponen lainnya. Pada kayu misalnya, kayu yang sering terkena air hujan sekian lama, pada bagian kayu akan terlihat jamur-jamur yang tumbuh. Jamur-jamur ini sendiri dapat mengurangi atau merusak ikatan-ikatan material kayu. Sehingga daya tahan kayu menjadi berkurang. Selain itu pengaruhnya juga besar pada baja. Baja yang sering terkena air utamanya air yang bersifat asam, baja tersebut akan beroksidasi dengan O2 sehingga akan mengakibatkan korosi atau perkaratan. Masalah ini biasanya terjadi pada beton bertulang. Dengan terjadinya korosi, volume baja akan bertambah besar. Kemudian akan terjadi beban atau volume terkekang pada beton bertulang. Setelah sekian lama beton akan mengembung dan mengakibatkan pecah-pecah maupun hancur pada permukaan beton bertulang tersebut diakibatkan terjadinya volume terkekang dari baja. Selain itu masalah yang biasa timbul berkenaan dengan air yaitu pada dinding dengan lapisan cat yang tak kedap air. Tembok yang sering terkena air lama-kelamaan akan menimbulokan noda-noda. Bila keadaan ini dibiarkan begitu saja akan membuat lapisan cat pada dinding mengelupas. Adapun upaya-upaya yang digunakan dalam pengurangan pengaruh air terhadap bangunan di antara lain :

a.Pembuatan atap.


 Atap merupakan kunci pokok untuk mengurangi pengaruh air secara langsung terhadap bangunan. Dalam pembuatan atap banyak hal-hal yang perlu diperhatikan, seperti kemiringan atap dan material atap. Kemiringan standar yang dipakai oleh perancang bangunan agar memudahkan air untuk bergerak antara 250-350. Selain dari kemiringan atap, material atap yang digunakan harus menggunakan material yang kedap air. Hal ini bertujuan agar air hujan tidak dapat masuk merembes sehingga air hujan tidak jatuh ke langit-langit rumah atau bangunan. Namun hal ini mungkin juga tidak bisa menahan air hujan untuk tidak masuk atau merembes ke dalam. Karena untuk daerah tropis, perancang bangunan memberikan sela atau celah di antara sambungan genteng. Hal ini sendiri bertujuan untuk mngurangi panas di dalam atap.

b.Material yang kedap air.


  Selain material atap yang kedap air, material yang digunakan agar air dari tanah tidak merembes ke tembok atau lantai digunakan sloof. Hal yang dianjurkan dalam pemasangan sloof ialah penempatan sloof sejajar dengan muka lantai. Selain itu biasanya material yang akan terlihat begitu jelas pengaruhnya yaitu pada list plank. List plank biasanya menggunakan kayu sebagai materialnya. Dan kayu akan mudah lapuk bila terkena air untuk waktu yang cukup lama. Masalah ini bisa diatasi dengan mengganti material kayu pada list plank dengan material-material yang kedap air, misalnya seperti fiber, dll.

c.Cat.


   Cat juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi perembesan air terhadap material-material yang kontak secara langsung dengan air seperti genteng, list plank, tembok atau dinding, baja, dll. Dalam pemilihan cat, sebaiknya menggunakan cat yang memiliki zat anti atau kedap air. Cat-cat seperti ini mudah ditemukan di pasaran dan dengan harga yang terjangkau.

3.Angin.

  Bangunan dalam konstruksinya tidak hanya tergantung pada beban yang dipikul dan beban konstruksi itu sendiri. Angin itu sendiri memiliki segi keuntungan diantara lain memberi kesejukan pada ruangan, mengatur suhu atau panas pada ruangan, dll. Tanpa angin pengaturan suhu ruangan agar sesuai dengan suhu udara luar akan sangat terganggu. Karena angin itu sendiri dapat membawa hawa panas pada ruangan. Namun angin juga dapat membawa hawa panas. Keadaan ini biasanya disebut sebagai musim kemarau. Selain faktor-faktor tersebut, angin sendiri juga memiliki kekuatan yang dapat merobohkan bangunan seperti angin topan dan angin puting beliung. Angin ribut semacam itu dapat mengangkat segala hal dan benda yang dilewatinya seperti atap, bahkan dinding bangunan sekalipun. Selain itu arah angin juga berpengaruh pada arah atau letak bangunan misal:

 “Orientasi bangunan terbaik ditinjau dari datangnya angin. Misalnya angin yang berasal dari Australia membawa uap air yang kurang. Biasanya disebut musim kemarau. Maka orientasi bangunan yang disarankan minimal 1,5 tinggi bangunan.”

4.Kelembaban.

Kelembaban juga berpengaruh terhadap bangunan maupun penghuninya. Apabila kelembaban tinggi, maka akan memudahkan bibit- bibit penyakit untuk tumbuh dan berkembang biak. Hal ini akan merugikan bagi penghuni bangunan. Maka dari itu ventilasi merupakan cara yang ampuh untuk mengontrol kelembaban dalam bangunan. Pengontrolan kelembaban ini juga dipengaruhi oleh angin. Karena angin dapat membawa hawa panas atau kelembaban yang tinggi pada sebuah ruangan untuk menyesuaikan dengan keadaan di luar ruangan

Sumber : 
Google.com
http://abyrafdydwy.blogspot.com/2010/06/pengaruh-lingkungan-terhadap-bangunan.html
http://andyrahmanarchitect.com/projects/?pageload=detpro&idpro=58&nf=Various

Tuesday, 18 November 2014

Arsitektur Organik

   Analogi Biologis memiliki 2 bentuk teori arsitektur yaitu Arsitektur organik dan Arsitektur 
  BiomorfikYang Membedakannya adalah jika Arsitektur Organik berhubungan dengan 
  lingkungan sekitarnya sedangkan Arsitektur Biomorfik perhatiannya terhadap proses
  proses pertumbuhan dan kemampuan bergerak.
     Nah, kali ini saya akan membahas ke Arsitektur Organik

  Seperti yang sudah disebutkan diatas tadi, Arsitektur Organik itu memusatkan perhatian pada 
  hubungan antara bagian-bagian bangunan dan lingkungannya. 
   
  Ahli teori David Pearson mengusulkan daftar aturan organis perancangan arsitektur organik, 
  yang dikenal  sebagai Piagam Gaia untuk Arsitektur dan Desain Organik. Isi aturannya yaitu: 
  • Diilhami dari alam
  • Membiarkan desainnya apa adanya
  • Membentang pada suatu organisme
  • Mengikuti arus dan menyesuaikan diri
  • Mencukupi kebutuhan social, fisik dan rohani
  • Tumbuh keluar dan unik
  • Menandai jiwa muda dan kesenangan
  • Mengikuti irama
Berikut ini adalah Contoh bangunan dengan konsep Arsitektur Organik: 
Fallingwater

Fallingwater adalah rumah yang didesain oleh arsitek Amerika Frank Lloyd Wright pada tahun 1935 di barat daya pedesaan Pennsylvania , 50 mil sebelah tenggara Pittsburgh. Berusaha menghadirkan sebuah karya arsitektur dengan pendekatan konsep dekat dengan alam.Pemilihan lahan dan bahan bangunan secara apik menyiratkan kesederhanaan dan penghargaan terhadap alam sekitar. Bahan bangunan (finishing) diambil dari quarry di sekitar lokasi dengan eksplotasi yang bijak. Pemilihan struktur yang didominasi sistem cantilever (overhang) berbahan utama beton bertulang secara sepintas tampak biasa saja, namun kalau dilihat lebih detail menunjukkan bahwa Falling Water dibangun dengan sistem struktur yang rumit dan sangat detail.

Awalnya bangunan ini adalah rumah peristirahatan yang digunakan  Edgar Kaufmann dan 
keluarganya pada waktu liburan tiba. Edgar yang sangat mengagumi kehidupan alam 
akhirnya meminta bantuan kepada Frank Lloyd Wright untuk membuat sebuah rumah diatas 
sebuah sungai yang memiliki air terjun kecil.  

Kekaguman Wright pada arsitektur jepang memberinya inspirasi untuk membuat rumah ini, 
seperti proyek-proyek beliau yang lainnya. seperti pada arsitektur Jepang, Beliau ingin 
membuat harmoni antara manusia dengan alam, dan integrasinya pada rumah dengan air 
terjun itu sukses ia lakukan. 

Bangunan ini ditetapkan sebagai National Historic Landmark di 1966. Pada tahun 1991, 
American Institute of Architects menunjukkan bahwa Falling Water adalah “The Best all-time 
work American architecture”. Sementara itu National Geographic Traveler menetapkannya 
sebagai “Place of a Lifetime”.

Location : Mill Run , Pennsylvania 
Nearest city : Pittsburgh
Built : 1936 - 1939
Architect : Frank Lloyd Wright
Architectural style(s) : Organic architecture
Visitation : about 135,000
Governing body : Western Pennsylvania Conservancy
Added to NRHP : July 23, 1974 
Designated NHL : May 23, 1966 
NRHP Reference# : 74001781

Sang Arsitek

Frank Lloyd Wright(1867-1959), dikenal karena keberadaannya sebagai arsitek yang mendunia akibat
pengaruhnya yang sangat besar terhadap ranah arsitektur dunia. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari 
keberadaan karyanya yang hampir tersebar di 37 negara/ lokasi, diantaranya di Irak, Jepang, Kanada, 
Mesir, Inggris selain di Amerika sendiri tentunya. Fallingwater yang didesain tahun 1936-lah menjadi 
suatu desain yang paling populer karena mempunyai relevansi yang jelas dan sangat terasa dengan 
konsep arsitektur organiknya. Bagian paling fenomenal dari rumah itu adalah ruang keluarga yang 
menjorok dan melayang di puncak air terjun. Suara gemercik air yang berasal dari aliran air sungai di 
bukit Bear Run senantiasa jadi musik alami yang terdengar di seluruh penjuru rumah. Bangunan yang 
kemudian terkenal dengan nama "Falling Water" itu dianggap sebagai adikarya Wright.

Frank Lloyd Wright, adalah sang arsitek fenomenal yang telah menghadirkan karya spektakuler rumah 
peristirahatan bagi keluarga Edgar J. Kaufmann, pemilik sebuah Department Store dari Pittsburg, pada 
tahun 1935-1939. Sejak tahun 1963, Falling Water beserta seluruh isinya oleh keluarga Kaufmann Jr. 
diserahkan kepada Western Pennsylvania Conservacy untuk dijadikan museum sebagai penghargaan 
atas karya arsitektur F.L. Wright.Hampir enam juta orang telah mengunjungi rumah tersebut pada Januari 
2008. Meskipun lokasinya terpencil di Pennsylvania (2 jam berkendara dari Pittsburgh), tercatat lebih dari 
120.000 pengunjung setiap tahun
halaman depan Fallingwater. terlihat turis sedang berkunjung



Beberapa garis horizontal dan vertikal yang kuat menjadi ciri khas Fallingwater



Teras-teras menonjol yang menggunakan sistem cantilever berbahan beton bertulang





Sungai Bear run yang mengalir di depan fasad bangunan



Ada tangga yang menuju langsung kesungai


Interior yang dirancang sendiri oleh Wright

Frank Lloyd Wright mengatakan bahwa bangunan haruslah "menjadi bagian dari bukit dan bukan di atasnya". Begitu juga arsitektur organik, harus muncul dan tumbuh dari tanah dudukannya. Ketika perbedaan antara tanah dudukan dan bangunan hilang, lingkungan luar ruangan dapat dirasakan di dalam rumah. 

Sumber :
Buku Teori Arsitektur 3
 http://properti.kompas.com/read/2014/09/14/143354121/Apa.itu.Arsitektur.Organik.
http://nessiaarch09.blogspot.com/2011/02/arsitektur-organik.html