Menghijaukan
Bangunan di Ibukota Jakarta
Oleh Hanandityo Wahyusaputro
Vertical
garden atau taman vertikal adalah beberapa jenis tanaman
yang ditanam dengan mengunakan media tertentu, misalnya dengan metode hidropik
menggunakan geotextile, dan ditata di dinding dengan menggunakan modul (untuk
penempatan tanaman) dan mendapatkan pengaturan secara otomatis untuk
pemeliharaan secara khusus. Funginya adalah untuk memaksimalkan pasokan dalam
udara dalam rumah dan juga memperindahnya. Selain itu, keunggulan vertical garden yaitu dapat menggunakan
media fasad bangunan sebagai tempat tanamnya, dengan di pasang secara vertikal.
Sehingga konsep vertical garden sangat
cocok untuk sebuah kawasan perkotaaan yang dipenuhi bangunan tingkat.
Beberapa gedung di Jakarta telah
menerapkan konsep vertical garden
pada bangunannya. Contohnya yaitu Gedung
Sandjaja yang berada kawasan Jalan Hayam
Wuruk, Jakarta Pusat. Tepat berseberangan dengan halte Transjakarta Harmoni
terdapat sebuah kantor lima lantai yang dua sisi mukanya ditutupi dengan vertical garden. Selain fungsi estetika,
penerapan vertical garden ini memberi
kontribusi besar dan turut memberikan andil terhadap solusi ramah lingkungan.
Gambar
1. Gedung Sandjaja
(Sumber : indogreenwall.com)
Upaya pemerintah daerah DKI Jakarta
untuk mengembalikan ruang terbuka hijau ke nilai 30% sangatlah beralasan.
Berkurangnya luas ruang terbuka hijau yang nilainya kini hanya tinggal 9%
tersebut dipicu karena semakin luasnya area yang tergantikan oleh pembangunan
gedung-gedung komersil. Belum lagi semakin tingginya tingkat polusi udara
karena tingginya volume kendaraan bermotor semakin menurunkan kualitas udara
bagi masyarakat sekitar.Dengan tingginya nilai tanah di kawasan ini menyebabkan
pemilik memaksimalkan peruntukan tanah kaveling untuk bangunan. Oleh karena itu
tidak jarang dijumpai bangunan vertikal tanpa hijauan sama sekali di
sekitarnya.
Namun berbeda dengan bangunan lainnya, Gedung
Sandjaja yang digunakan sebagai showroom dan kantor ini menerapkan solusi jitu
dengan cara melindungi muka bangunan dengan taman. Sandjaja, pemilik bangunan
menuturkan bahwa upaya mikro yang dilakukan itu semata-mata untuk menginspirasi
berbagai pihak agar mulai berpikir dan melakukan tindakan positif untuk
menambah ruang terbuka hijau di sekitarnya sehingga menambah produksi oksigen.
Apabila semua pihak mulai sepakat untuk menerapkan kepedulian ini maka Jakarta
dapat menjadi the green city.
Bangunan ini berdiri di atas tanah
seluas 339 m2. Pada kedua bidang yang menghadap ke arah jalan raya dan ke arah
area parkir ditutupi dengan vertical garden. Struktur vertical garden
dipasang pada area balkon dan dinding-dinding yang menghadap ke sisi luar,
sehingga efektivitas area yang tertutup
vertical garden menjadi 308 m2. Apabila ditambah dengan area horizontal
yang mengelilingi showroom yang luasnya mencapai 60 m2 maka area hijau yang
terbentuk menjadi 368 m2 atau lebih luas dari area tanah yang digunakan untuk
struktural bangunan.
Gambar
2. Bagian Balkon pada Bangunan
(Sumber :
indogreenwall.com)
Konsep yang diterapkan pada perancangan
vertical garden pada gedung ini yaitu memindahkan tanaman indah dan natural
yang hidup di dalam hutan ke dalam kota. Uniknya, konsep komposisi yang
diterapkan pada keempat balkon dan bidang masif diantaranya, memiliki tema dan
keunikan seni tersendiri, sehingga menampilkan irama dinamis yang tidak
membosankan. Pola susunan organik beragam jenis tanaman membentuk pola
gelombang karena tanaman tidak tumbuh secara datar tetapi bervariasi
ketebalannya sehingga terlihat unik, berdimensi dan natural. Tanaman yang
tekstur daunnya halus, dipadukan dengan tanaman yang tekstur daunnya sedang
atau dengan tanaman yang berdaun lebar seperti Philodendron dan Monstera.
Begitu pula komposisi warna menjadi
terlihat semakin sempurna melalui padu padan beragam jenis warna daun dari yang
berwarna hijau pekat, hijau, hijau kekuningan sampai yang terlihat kontras
seperti tanaman yang berdaun warna maroon dan variegata. Diantara komposisi tanaman
hias daun terdapat bunga yang berwarna ungu, putih, merah, merah muda dan
oranye dari beberapa jenis tanaman seperti Ixora, Impatiens, anggrek, Melastoma
dan Begonia yang semakin menambah semarak tampilannya. Keberadaan vertical garden tersebut menjadi
pelindung terhadap fasad bangunan yang menghadap ke arah Barat. Proteksi yang
diterapkan cukup berlapis yang terdiri dari lapisan barrier material, tekstil
sintetik dan tanaman tersebut tentu saja mampu mereduksi panas matahari terutama
di sore hari.
Gambar
3. Pola Tanaman pada Vertical Garden
(Sumber :
indogreenwall.com)
Apabila
dahulu sebelum diberi vertical garden, untuk mendinginkan
ruangan di dalam setiap lantai diperlukan alat pendingin udara (AC) yang
berjumlah tiga dan menyala sekaligus, sekarang cukup satu saja dan ini sudah
terasa nyaman untuk beraktivitas. Selain mereduksi panas matahari dan
mengurangi suhu di dalam ruangan, keberadaan vertical garden juga meredam suara bising dari luar serta memberi
efek psikologis yang positif yaitu memberi sajian visual yang sejuk dan dingin
serta dapat menekan emosi bagi siapa saja yang melihatnya. Seandainya semua
bidang dinding gedung pencakar langit di Jakarta dihijaukan dengan memasang vertical garden maka Jakarta tidak kalah
hijaunya dengan Singapura yang sudah mencanangkan kotanya tidak saja sebagai
the garden city tetapi lebih ekspansif lagi menjadi the city in the garden with thousands of world-class vertical gardens.
Kritik Arsitektur
Hanandityo W
4TB01
23313868