Sunday, 3 May 2015

Hisanori Kato, Warga Jepang yang Selalu Kangen Indonesia

Hisanori Kato, dari namanya saja kita sudah tau bahwa beliau merupakan warga Jepang. Beliau adalah salah satu WN asing yang pernah merasakan pahit manis hidup di Indonesia. Tak hanya itu, Beliau juga juga merasa jatuh cinta kepada tanah air kita ini. 
Hisanori Kato

Pria 48 tahun itu bisa berbahasa Indonesia dengan sangat lancar karena pernah berada di Tanah Air selama hampir 8 tahun. Dia juga mampu berbahasa Inggris dengan prima serta bahasa lain di ASEAN dengan cukup baik.kini menjabat sebagai dosen di universitas di Sakai dan menjadi penasihat bagi pemerintah kota Sakai. Berikut kisahnya tentang pengalaman hidunya di Indonesia:

Kato, panggilan akrabnya,  pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta pada tahun 1991 saat mengajar di Jakarta International School (JIS). saat tiba di Indonesia, Kato mendapat berbagai msalah sosial. Beliau kesulitan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Dan pahitnya, ia kerap menjadi korban kejahatan di ibukota. 

“Di bus yang hampir tidak pernah digunakan orang asing, entah berapa kali dompet saya dicuri. Saya bahkan pernah ditodong dengan pisau, uang serta jam tangan saya diambil. Pernah juga uang saya dicuri oleh pembantu di rumah. Setiap kali saya mengalami peristiwa seperti itu, pikiran saya untuk meninggalkan negeri ini pun memenuhi benak saya,” jelasnya.
Namun dia punya cara unik untuk melampiaskan rasa kekecewaannya. Dia bertekad untuk mengambil kembali apa yang sudah dicuri oleh orang-orang Indonesia. Dengan cara mengamen.
“Saya memutuskan mengajak teman sesama orang Jepang yang bisa bermain gitar, lalu membentuk duo dadakan yang saya namakan “The Selamat”, lalu saya mengamen di bus kota jurusan Blok M-Kota,” urainya.
“Dengan bahasa Indonesia yang pas-pasan, kami mulai beraksi di bus yang bergoyang-goyang, dan ketika saya berteriak “kami datang dari Jepang, silakan dengarkan lagu-lagu kami”,” terangnya.
Para penumpang kagum dan memberi duo dadakan itu banyak uang. Sejak momen itu, cara pandang Kato terhadap orang Indonesia berubah. Terutama dari cara perlakuan terhadap warga asing.
“Merekalah yang mengubahnya, para penumpang bus yang menerima pengamen asing yang tiba-tiba muncul di dalam bus. Balas dendam saya terhadap Indonesia menjadi “anugerah” besar yang mengubah pandangan saya terhadap Indonesia dan orang Indonesia,” cerita Kato.
Pada tahun 1994, Kato meninggalkan Indonesia untuk sekolah master dan doktor di Sydney. Namun ia merasa sedih saat ingin meninggalkan Indonesia. Walaupun telah mengalami hal-hal buruk di Indonesia, tetapi hal tersbut tak menjadi dendam dan malah menemukan cintanya terhadap Indonesia. Sejak itu, selalu bolak-balik ke Indonesia. Beliau juga pernah menjadi dosen  pada tahun 2004 di Universitas Nasional Jakarta selama 4 tahun
Pria berkacamata itu juga tertarik dengan kondisi sosial di Indonesia, terutama mengenai Islam. Sejumlah penelitian sudah dia buat tentang dunia Islam di Indonesia. Salah satu bukunya yang sudah dibuat dalam bahasa Indonesia adalah Agama dan Peradaban.
Hisanori Kato bertemu dengan Alm. Gus Dur saat mengadakan riset tentang Islam
Selama hampir 20 tahun berkutat di Indonesia, Kato kini tinggal di Sakai. Namun kenangannya tentang Indonesia tak akan pernah pudar. Bahkan, dia baru saja merampungkan buku soal kisah hidupnya di Indonesia yang berjudul ‘Kangen Indonesia’.

Buku karya Hisanori Kato, "Kangen Indonesia"
“Saya berusaha menyampaikan pemikiran saya soal Indonesia. Ada juga pesan saya untuk para pencopet di bus, sebaiknya mereka gunakan keahlian itu untuk hal lain. Mungkin hidupnya akan berubah,” ujar Kato sambil tertawa.
Suatu hari, Kato juga berharap bisa tinggal dan menetap di Indonesia. Dia membayangkan kehidupan yang indah di sebuah kawasan di Yogyakarta dengan rumah Joglo dan kondisi lingkungan yang hangat, sehangat orang Indonesia.
Dalam prolog bukunya, Kato memberikan sedikit pandangan soal orang Indonesia. Berikut penggalannya:
“Di zaman sekarang ini, istilah internasionalisasi begitu disanjung. Pentingnya mempelajari bahasa asing diserukan, dan banyak orang yang mengeluarkan uang untuk belajar di sekolah bahasa asing. Pada umumnya mereka mengartikan bahasa asing adalah bahasa Inggris. Namun tidak hanya terbatas pada bahasa Inggris, dalam “internasionalisasi” bahasa asing sangatlah penting. Kita tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada masalah jika tidak mempelajarinya. Tetapi, jauh sebelum istilah itu didengung-dengungkan, para penumpang bus di Jakarta misalnya, mereka bergembira dan mengatakan “menarik” pada pengamen asing yang jelas-jelas berbeda dengan diri mereka, bahkan berkeinginan untuk bernyanyi bersama dengan pengamen itu, membuat saya berpikir, bukankah itu sesungguhnya langkah awal sebuah “internasionalisasi”? Dalam pengertian tersebut, Indonesia adalah negara yang maju dalam internasionalisasi. Yang saya catat di sini adalah beberapa pengamatan saya yang sangat subjektif tentang Indonesia,”
Kesimpulan
Dari Cerita di atas, kita bisa melihat bagaimana pandangan seseorang warga negara asing terhadap negara kita. Mungkin dari kalian berpendapat bahwa perlakuan kita ke warga negara asing beda dengan warga indonesia sendiri. Karena seperti yang kita ketahui umumnya, WNA selalu dianggap orang yang lebih baik. Namun, memang sebenarnya kita adalah warga negara yang ramah dan murah senyum.
Dan juga, Orang-orang dari luar negeri menganggap bahwa sebenarnya indonesia bisa saja menjadi negara yang besar yang dapat mengalahkan negara-negara lainnya. kalau kita baca buku beliau (Kato) di atas, mungkin, rasa syukurnya pada Indonesia lebih dahsyat daripada kita warga Indonesia yang banyak berkeluh-kesah tentang Indonesia.

Sumber
https://guakampungan.wordpress.com/2012/12/20/kisah-profesor-jepang-dulu-benci-sekarang-kangen-indonesia/

http://media.kompasiana.com/buku/2014/04/24/tanya-hisanori-kato-tentang-jis-orang-jepang-yang-kangen-indonesia-650919.html

No comments:

Post a Comment