Begal dibakar massa, bukti warga tak puas dengan kinerja polisi?
Melihat kriminalitas yang semakin menyeramkan dan memancing reaksi muak dari masyarakat hingga melakukan tindakan penghakiman massal, kriminolog dari Universitas Indonesia, Anggi Aulina Harahap angkat bicara.
Dirinya menyebut ada semacam 'stress sosial' dalam benak masyarakat, saat kejahatan tersebut terasa mengancam mereka di manapun. Hal itu makin diperparah dengan tidak tampaknya eksistensi hukum, yang bisa mereka percaya dalam menghadapi situasi demikian
"Kejadian pembakaran pelaku begal itu adalah tindakan main hakim sendiri, dan hal itu merupakan salah satu dari pertanda adanya stress sosial. Tapi mengapa masyarakat sampai bertindak demikian? Ya karena ada beberapa faktor. Tapi yang paling berhubungan adalah karena ketiadaan hukum," kata Anggi saat dihubungi merdeka.com, Selasa (24/2).
"Sementara, salah satu wujud hukum adalah polisi, dan karena mereka tidak melihat bahwa hukum yang dimaksud itu nyata buat mereka, maka akhirnya mereka bertindak sendiri," katanya menambahkan.
Anggi mengatakan ada semacam pesimisme yang terjadi di dalam tubuh masyarakat, terhadap kinerja pihak kepolisian. Dirinya juga menyebut bahwa model penyidikan dan penyelidikan pihak Kepolisian RI, masih kalah progresif dari modus kejahatan yang terjadi di masyarakat.
"Kalaupun hukum atau polisi itu ada, prosesnya ternyata juga tidak cepat. Hal inilah yang membuat warga menjadi pesimis pada kinerja kepolisian dan terkadang membuat mereka main hakim sendiri," kata Anggi.
"Performance polisi dalam menghadapi berbagai masalah di jalanan saya rasa memang masih kurang, karena banyaknya varian dari kualitas dan kuantitas kejahatan itu sendiri, belum bisa ditangani oleh mereka," pungkasnya.
Analisis berita
Apa?
Pembakaran pelaku begal oleh masyarakat setempat
Dimana?
Pondok Aren, Tanggerang Selatan
Kapan?
Senin, 23 Februari 2015
Siapa?
Masyarakat Pondok Aren
Mengapa?
Warga menganggap Aparat hukum (polisi) lambat dalam penanganan kasus begal sehingga warga yang geram terhadap pelaku akhirnya main hakim sendiri
Kasus pembegalan kendaraan bermotor yang sempat membuat masyarakat heboh beberapa bulan yang lalu menimbulkan sebuah tindakan keji dari masyarakatnya sendiri. Melihat kasus dari berita diatas, polisi masih kurang sigap dalam menangani suatu kasus. Tindakan kriminal yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari, mulai dari yang keil hingga besar tidak dapat ditangani dengan baik. Sehingga warga merasa tidak aman karena merasa kurangnya pelindungan dari aparat hukum
.
Walaupun sekarang kasus begal sudah mulai berkurang, dan polisi sudah mulai serius menangani kasus tersebut, tetapi bisa dibilang respon aparat untuk serius menindakinya masih kurang sigap. Sehingga yang awalnya kasus ini hanya terjadi di sebuah daerah sekarang beberapa daerah timbul pelaku-pelaku baru. Para pelaku ini timbul karena kurang ketatnya pengawasan dari aparat pada saat awal-awal kasus, sehingga mereka berani melakukan tindakan kriminal tersebut.
Kesimpulan
Kinerja aparat kepolisisan masih kurang memuaskan mengingat masih ada beberapa kasus kejahatan yang belum tuntas. Selain itu, penanganannya yang lambat sehingga membuat warga sering mengambil keputusan sendiri untuk menghakimi sang pelaku yang tertangkap. Lalu, aparat kurang tegas dalam menangani kasus, dan terkadang juga sifat aparat yang salah dalam memproses pengankapan seseorang (kasus penangkapan BW misalnya). Seharusnya Polisi juga melakukan pendekatan terhadap warga terhadap sikap yang dilakukan saat pelaku kejahatan tertangkap, yaitu melaporkan ke pihak yang berwajib. Dan juga Aparat lebih menjaga sikapnya, karena dimata masyarakat mereka adalah orang yang seharusnya mencontohkan yang baik agar mendapat respek dari masyarakat, serta menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungkungan masyarakat.
Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/begal-dibakar-massa-bukti-warga-tak-puas-dengan-kinerja-polisi.html
No comments:
Post a Comment